INDONESIA International Modest Fashion Festival (IN2MF) siap digelar di Jakarta Convention Center pada 25-29 Oktober 2023 dalam rangkaian 10th Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF).
IN2MF merupakan event modest fashion terbesar di Indonesia yang diselenggarakan Bank Indonesia bersinergi dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan Indonesian Fashion Chamber (IFC). IN2MF menghadirkan gebrakan istimewa di tahun ke-10 penyelenggaraan ISEF dengan melibatkan lebih banyak desainer Indonesia maupun luar negeri serta pelaku bisnis yang mengikuti pameran.
Pascapandemi COVID-19, industri modest fashion telah menggeliat kembali dan melangkah maju. Di tahun ini saja, sejumlah desainer kebanggaan Indonesia telah tampil di Paris, New York, dan London memamerkan karya terbaik modest fashion khas Nusantara ke pusat mode dunia.
Apa yang membuat Indonesia yakin bisa menjadi pusat modest fashion dunia?
“Yang pasti, ciri khas modest fashion kita adalah ‘wastra’, kain tradisional khas Nusantara. Tidak ada negara lain yang memilikinya. Itu keunggulan kita yang pertama. Saat ini, Bank Indonesia juga fokus untuk sinergi antardesainer juga dengan perajin tenun. Mereka yang sudah mahir memanfaatkan wastra untuk diolah menjadi karya wearable, berbagi ilmu kepada perajin dan desainer yang masih butuh belajar mengolah wastra. Kami yakin mengajarkan ilmu itu akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir,” ungkap Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Ita Rulina dalam Kick Off IN2MF yang digelar di Gala Rooftop, 8th Level Sutasoma Hotel &The Tribrata Darmawangsa, Jakarta pada Jumat (13/10).
“IN2MF mempertemukan semuanya, dari desainer juga pengguna. Kita ingin Indonesia jadi rujukan dunia, tidak hanya tampil di mancanegara tapi pada akhirnya yang diharapkan adalah bisa menambah transaksi yang berujung pada peningkatan pemasukan dari modest fashion. Ini butuh B to B, maka harus ada kolaborasi antara pemerintah dengan pelaku industri modest fashion,” tambah Ita.
Lebih lanjut, Asisten Kemitraan dan Perluasan Pasar Kementerian Koperasi & UKM Fixy mengungkapkan bahwa tantangan terbesar untuk menjadi pusat modest fashion dunia adalah kurangnya eksposur global tentang kiprah desainer Indonesia.
“Nama Indonesia belum disebut dalam forum modest fashion dunia, bisa dibilang kita ‘jago kandang’, merasa sudah besar, padahal nama kita belum dikenal, bisa jadi salah satunya karena eksposur global yang kurang. Pembahasan tentang modest fashion karya desainer Indonesia mayoritas ditulis dalam bahasa Indonesia, seharusnya juga bisa dimuat dalam bahasa Inggris,” kata Fixy yang akrab disebut ‘Ibu UMKM’ ini.
Tentang kreativitas dan mutu produk, Fixy memuji kekuatan Indonesia yang memiliki wastra yang dibuat secara handmade, bukan printed pattern seperti yang dimiliki negara-negara lain. Namun demikian, desainer Indonesia dituntut untuk mampu mengangkat wastra Nusantara sambil tetap memperhatikan selera masyarakat negara yang dituju untuk ekspor.
“Kita tidak perlu perang harga, karena kita tahu Paris menjadi pusat mode dunia bukan karena harga murah. Negara lain tidak punya batik dan tenun yang harus dibuat khusus, ini yang membuat kreativitas Indonesia istimewa. Sebaiknya kita punya motto ‘a modest world Indonesian style’, bahwa modest fashion yang sesungguhnya adalah yang modest fashion khas Indonesia,” tegas Fixy.
Semangat yang sama juga disampaikan Chairman IFC Ali Charisma. Ia mengajak para desainer, pemilik jenama fesyen, juga komunitas UMKM fesyen untuk mengajak sebanyak-banyak teman untuk mengunjungi IN2MF 2023, sebagai bagian dari upaya mewujudkan Indonesia menjadi pusat modest fashion dunia.
“Terima kasih untuk Bank Indonesia, Kementerian Koperasi & UKM, juga semua desainer modest fashion Indonesia atas semangat dan effort yang luar biasa untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia. Kita keroyokan demi kebaikan. Termasuk menghadirkan desainer internasional seperti dari London, Paris, India, Maroko, juga Malaysia—kita harap mereka datang untuk mendukung kemajuan industri modest fashion Indonesia,” ujar Ali Charisma.
Menurut Ali, Indonesia sudah pantas disebut sebagai pusat modest fashion jika dilihat dari jumlah desainer dan kreativitas mereka.
“Tidak ada negara yang memiliki desainer modest fashion sebanyak Indonesia. Itu tidak perlu diriset. Dan kita punya wastra yang handmade. Namun jika ditanya apakah sudah dibeli oleh masyarakat dunia, inilah tantangannya. Karena itu, tahun depan kita akan memperbanyak trade show, kita juga ingin ada orang IT yang concern (untuk SEO modest fashion-red), dan kita berusaha menyesuaikan produk sesuai permintaan dari negara-negara tujuan, terutama merambah the Big Four. Ujungnya adalah produk Indonesia harus ada di luar negeri, minimal ada 15 brand yang konsisten ke luar negeri,” papar Ali.
Kick Off IN2MF 2023 diakhiri dengan trunk show karya sejumlah desainer yang siap tampil di IN2MF 2023.
Desainer dan jenama yang akan menampilkan koleksi modest fashion dengan sentuhan wastra dalam IN2MF 2023 antara lain Itang Yunasz, Dian Pelangi, Ayu Dyah Andari, Deden Siswanto, Hannie Hananto, Vivi Zubedi, Kursien Karzai, Irna La Perle, Khanaan, Rosie Rahmadi, Neera Alatas, Nuniek Mawardi, Novita Yunus, Malik Moestaram, Gregorius Vicci, Brilianto, TutyAdib, Lisa Fitria, ZM by Zaskia Mecca, kami., Jenna&Kaia, ETU by Restu Anggraini, ASK by Asky Febrianty, ALEZA, ZOYA, ELZATTA, Geulis, Rose.Ma.Lina x Sofie, Nadjani, Hijab Chic, Wearing Klamby, Zetta Prive, Jeny Tjahyawati, Ansellmaputri, dan Tantri Namirah Official.
Perhelatan ini turut mengangkat hasil karya siswa didik sekolah tinggi mode, yaitu Zelmira SMK NU Banat Kudus, SMKN 4 Balikpapan, SMK 1 Kalitengah Lamongan, SMKN 7 Malang, Sekolah Tinggi Interstudi, Institut Seni Budaya Bandung, Islamic Fashion Institute (IFI), Institut Kesenian Jakarta (IKJ), ISWI Fashion Academy, LPTB Susan Budihardjo, dan Desain Mode Universitas Negeri Malang.
IN2MF 2023 juga akan kembali menampilkan koleksi dari brand yang merupakan anggota Industri Kreatif Syariah (IKRA) Indonesia dan UMKM binaan Bank Indonesia, serta menghadirkan koleksi dari desainer internasional, yaitu Ainara Adnan “Near Wear” dari London, Arlina Ayou dan Azura Shafawi dari Malaysia, Dalida dari Paris, Samir Kerzabi dari Algeria, Summer Albarcha dari Amerika Serikat, Shruti Sancheti dari India, Montania dari Kuwait, Nisrin Yahi dari Maroko, dan Erika Masudi dari Jepang
Melihat semangat dan perjuangan yang dilakukan Bank Indonesia, Kementerian Koperasi & UKM, serta para desainer Tanah Air, kita optimis Indonesia PASTI menjadi pusat modest fashion dunia dengan segala keunikan dan keunggulan karyanya.
KOMENTAR ANDA